March 15, 2010

MARIA HARTININGSIH

by 3senyuman

 

Sejarah besar dunia tak lain adalah berupa kemajuan dan perkembangan mengenai kesadaran dan kebebasan.

(Friedrich Hegel, filsuf Jerman)

Di banyak negeri, sering wartawan dinobatkan sebagai pahlawan hak azasi, karena tulisan-tulisannya dinilai memperjuangkan hak-hak azasi manusia, entah di bidang politik, sosial, ekonomi, dan yang lain. Indonesia juga memiliki jurnalis-jurnalis semacam itu. Salah satunya adalah Maria Hartiningsih.

Saya mengenalnya 30 tahun lalu, awal tahun 80-an, ketika sama-sama kuliah di Sekolah Tinggi Publistik (STP) Jakarta. Saat itu ia sudah bekerja, di Sucofindo kalau tak salah. Orangnya cenderung pendiam, nada bicaranya pelan. Satu hal yang saya ingat, ia terlihat respek terhadap rekan-rekan mahasiswa yang sudah jadi wartawan atau  menulis di media massa, apapun jenis tulisan itu.

Continue reading

August 22, 2010

INTERLUDE BUAT DINAR

by 3senyuman

NAMA  saya  George. Kalau kamu  lupa,  saya  ingin  mengingatkan. Waktu itu, kamu sedang menghidupkan pesawat pemancar.  Meniup-niup mikrofon. Saya langsung  masuk  ke  frekuensimu.  Kamu saya panggil-panggil dan saya ingat, kamu tidak menggubris kedatangan saya. Masih saja meniup-niup mikrofon.

Saya  jengkel,  untung baru selesai  sholat.  Saya geregetan. Ya, Tuhan, gadis macam apa pula ini?

Continue reading

May 26, 2010

MADONNA

by 3senyuman

DARI Lokal Orari Kemayoran, ia melangkah perlahan. Lalu, dengan gerak yang seolah hendak memamerkan kejenjangan lehernya, ia berdiri di depan saya. Sejenak saya terpesona. Ada sesuatu yang terasa bergeletar di dada. Ada sesuatu yang terasa bergelora di sana. Sesuatu yang indah. Indah.

Ya, Sejak pertama kali saya mengenal geraknya itu, dulu, ia memang telah menitipkan suatu perasaan tersen¬diri di batin saya. Suatu perasaan yang selalu saya biarkan sebagai mana harusnya. Perasaan yang mungkin ada dan mungkin juga tiada.

Continue reading

March 8, 2010

PUISI: SAJADAH SELEMBAR BADAN

by 3senyuman

Oleh Arwinto Syamsunu Aji

Luka-luka bersembahyang, di atas sajadah selembar
badan. Angin mudik berkesiut pelan, tiap kali cakar-cakar gelombang dipantaikan. Jadi buih-buih putih kenangan.
Jadi detik-detik yang senja temaram. ”Engkau ingin melipat seluruh pelayaran? Wahai, engkau akan menggulung semua yang belum labuh atau karam?” tanya yang masih bersabung dan bersambung ke halaman demi halaman berpasir lembut serta basah penghidupan.

Tetapi bujur hari telah ditekuk rukuk duri nyeri dicabut sujud. Berulang-ulang. Sejak peluit niat itu aku tiup,
dunia kuajari satu kesabaran: menunggu di luar seluruh bisik dan gerak pencitraan.

Luka-luka bersembahyang, di atas sajadah selembar
badan. Sampai dahi bergaram. Batin mengupas kerakap dendam, pori-pori terjauhkan dari rangkak ulat dan guguran mawar berulang-ulang. Berulang-ulang. Menyempurnakan sentuhan sekian sayang: rindu yang mengangkut desir hawa keikhlasan

Kebumen, 2008

February 12, 2010

MIRA LESMANA

by 3senyuman

Satu-satunya senjata ampuh dan meyakinkan untuk melawan gagasan yang buruk adalah dengan gagasan yang baik.

(Alfred W. Griswold, Rektor Unibersitas Yale)

Bicara film Indonesia dalam era kebangkitan dasawarsa terakhir, tidak boleh tidak, kita harus menyebut nama Mira Lesmana. Karena Mira, begitu panggilan akrabnya, identik dengan kebangkitan itu.

Betapa tidak? Tahun 2000, lewat perusahaan filmnya, memproduksi film Petualangan Sherina, sebuah film anak-anak yang menghibur sekaligus mendidik. Film ini bagai angin segar bagi dunia film nasional yang sudah lama mati suri.

Continue reading

January 23, 2010

PUISI: KAU NAMAKAN AKU LIDAH

by 3senyuman

Oleh: Arwinto Syamsunu Aji

Kau namakan aku lidah. Baiklah. Tak seorang perlu memukul-mukul kentong, mengundang tetangga, membagi-bagikan bubur merah. Nama itu cukup indah. Tak cuma mengelendot dalam gendongan – tak cuma semampir sebagai sebutan. Karena memang daging, karena adalah darah akan kupikul dari kosong ke arah dari diam ke langkah. Continue reading

January 8, 2010

COPY DARAT

by 3senyuman

ADAKAH garis pemisah antara pertemuan di udara dengan pertemuan di darat? Mengapa seseorang hanya ter¬tarik pada suara, sementara yang lain masih berusaha bertemu muka?

Seorang isteri pernah berkisah tentang perilaku suaminya di udara yang lebih senang ngebrik dengan sejum¬lah perempuan dari pada dengan sesama jenisnya. Malah, tanpa ijin, suaminya sering mengajak perempuan-perempuan itu makan bersama. Terus terang, katanya, ia cemburu. Suaminya punya waktu untuk perempuan lain, tapi tidak untuk dia. “Saya,” jelasnya, “memang tidak menuduh yang bukan-bukan kepada suami tapi rasanya janggal apa yang dilakukannya. Saya jadi ingat, betapa dia mengejar-ngejar ketika saya masih kuliah sampai ditingkat tiga! Saya bukan menyesal, tetapi sekedar mengingatkan betapa pen¬gorbanan saya demi cinta….” Continue reading

December 16, 2009

SEPTI “JARITMATIKA” PENI

by 3senyuman

Pengetahuan. Dengan itu sebagai sayap lah kita terbang tinggi membelah angkasa.
(William Shakespeare, sastrawan Inggris)

Anda harus percaya, wanita-wanita Indonesia tak kalah dengan perempuan dari belahan bumi lain. Peni adalah salah satu buktinya.

Peni, lengkapnya Septi Peni Wulandari, pada awalnya merasa bukan siapa-siapa. Ia sarjana gizi lulusan Fak. Kesehatan Masyararkat Univ. Diponegoro. Ia sempat kerja sebagai PNS di Depkes, di Semarang. Tapi kemudian ia melepas status itu karena harus mengikuti sang suami, Dodik Maryanto, bekerja di Jakarta. Sejak itu, ibu 3 anak, kelahiran Salatiga, 1974, ini hanya menjadi ibu rumah tangga.

Continue reading

December 7, 2009

MIKROELEKTRONIK

by 3senyuman

EMPAT puluh tahun silam, hampir setiap orang mampu merakit radio dalam beberapa jam. Yang  dibutuhkan  pun  hanya  beberapa komponen sederhana: sebuah  kristal  atau  tabung hampa, batere, dan sebuah kumparan.

Continue reading

November 11, 2009

MANTERA-MANTERA

by 3senyuman

CIRI sebuah kata selalu dinyatakan dengan  kebeba­sannya  bergerak dari setiap ujaran. Meja, sakit,  dunia, atau kata apa saja, kecuali kata depan dan kata  sambung, lazimnya dapat berdiri sendiri. Namun, prinsipnya, setiap kata  pun mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya  ketika  ia digunakan sebagai alat untuk melancarkan agresi  mela­lui  pemancar. Kata apa saja, dalam hal melukai  perasaan dan  hati sesama, sangat bebas digunakan di udara.  Mulai  dari  kata  anjing, bangsat, sapi, jahanam,  sampai  kata keparat,  semuanya  kerap  terdengar  dari  frekuensi  ke frekuensi.

Continue reading